MENGAJAR
MATEMATIKA MENURUT STANDAR NCTM
A.
National Council of Teacher of
Mathematics (NCTM)
National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) merupakan Dewan
Nasional Guru Matematika (NCTM) didirikan pada 1920. Hal ini telah berkembang
menjadi organisasi terbesar di dunia yang peduli terhadap pendidikan
matematika, memiliki hampir 100.000 anggota di seluruh Amerika Serikat dan
Kanada, dan internasional. Dewan Nasional Guru Matematika adalah suara publik
pendidikan matematika, mendukung para guru untuk memastikan matematika adil
belajar dengan kualitas terbaik untuk semua siswa melalui visi, kepemimpinan,
pengembangan profesional, dan penelitian.
Di dalam dunia yang terus berubah, mereka yang memahami dan dapat
mengerjakan matematika akan memiliki kesempatan dan pilihan yang lebih banyak
dalam menentukan masa depannya. Kemampuan dalam matematika akan membuka pintu
untuk masa depan yang produktif. Lemah dalam matematika membiarkan pintu
tersebut tertutup. Semua siswa harus memiliki kesempatan dan dukungan yang
diperlukan untuk belajar matematika secara mendalam dan dengan pemahaman. Tak
ada pertentangan antara kesetaraan dan keunggulan (NCTM, 2000:50).
Pentingnya
perubahan dalam pendidikan matematika yang tercantum dalam NCTM, menjadi topik
yang sangat menarik untuk dibahas. Selama dua dekade, pendidikan matematika
telah mengalami perubahan yang lambat tapi pasti. Faktor-faktor pendorong dari
perubahan ini, baik dalam hal isi maupun cara mengajar matematika, dapat
ditelusuri dari berbagai sumber, termasuk dari hasil-hasil penelitian. Salah
satu faktor penting dalam perubahan ini adalah kepemimpinan yang professional
dari NCTM\, sebuah organisasi guru dan pendidik matematika di Amerika Serikat.
Faktor lainnya adalah tekanan masyarakat maupun politik yang menginginkan
perubahan dalam pendidikan matematika akibat sedikitnya siswa AS yang
berpestasi di berbagai kompetisi Interasional matematika.
Agenda perubahan dari NCTM dan dari sektor
politik agaknya sering menuntut para guru pada arah yang berbeda. Meskipun
harapan yang tinggi bagi siswa penting, tetapi hanya dengan tes tidak membawa
kepada perbaikan belajar siswa. NCTM percaya bahwa ”Belajar matematika dapat
dimaksimalkan apabila para guru memfokuskan pada proses berpikir dan pemahaman
matematika” (www.nctm.org). Dan yang penting diperhatikan, bahwa pemahaman
tentang apa arti mengetahui dan mengerjakan matematika dan tentang bagaimana
siswa memahami matematika berpengaruh besar terhadap bagaimana pendekatan
mengajar matematika yang harus dipersiapkan dan dilakukan guru.
Ide-ide
yang menjadi dasar tentang bagaimana mengajar matematika menurut Standar NCTM,
akan dipaparkan secara rinci, mulai dari kepemimpinan NCTM, Prinsip-prinsip dan
Standar Matematika Sekolah, Pandangan Pra-TK sampai kelas 12 yang di dalamnya
memuat Lima Standar Isi dan Lima Standar
Proses dalam pembelajaran Matematika, Standar profesional untuk mengajar
matematika, dan Standar Penilaian Matematika Sekolah.
B. Kepemimpinan NCTM
Pada bulan april tahun 2000, NCTM
mengeluarkan prinsip-prinsip dan standar matematika sekolah (Principles and
standars for School Mathematics), yang merupakan revisi dari dokumen
aslinya yang
dikeluarkan 11 tahun sebelumnya pada tahun 1989. Dengan dokumen ini NCTM
melanjutkan untuk mengarahkan perubahan dalam bidang pendidikan matematika,
tidak hanya di Amerika Serikat dan Kanada tetapi juga di seluruh dunia.
Momentum
untuk perubahan dalam bidang pendidikan matematika mulai di awal tahun 1980-an.
Para pendidik merespons perubahan "kembali ke dasar" (back to
basics). Sebagai salah satu hasilnya, pemecahan soal menjadi bagian penting
dalam kurikulum matematika. Teori-teori dari Piaget dan para ahli psikologi
perkembangan yang lain membantu mengarahkan penelitian tentang bagaimana cara
terbaik belajar matematika bagi anak-anak.
Momentum ini menjadi bahan
pemikiran di tahun 1989 ketika NCTM menerbitkan Standar Kurikulum dan
Evaluasi Matematika Sekolah (Curriculum and Evaluation Standards for School
Mathematics) dan era perubahan dalam matematika dimulai. Hal ini terus
berlanjllt hingga kini. Tidak ada dokumen lain yang mempunyai pengaruh sebesar
dokumen dari NCTM terhadap pendidikan matematika ataupun bidang lain dalam
kurikulum. Pada tahun 1991 NCTM menerbitkan Standar Profesional untuk
Mengajar Matematika (Professional Standatds for Teaching Mathematics). Standar
Profesional menjelaskan visi tentang mengajar matematika dan membuahkan
pemikiran yang termuat di dalam Standar Kurikulum bahwa matematika yang
baik dan penting merupakan visi untuk semua anak, bahkan untuk sebagian saja.
NCTM melengkapi dokumen dengan
menerbitkan Standar Penilaian Matematika Sekolah (Assessment Standards for
School Mathematics) pada tahun 1995. Standar Penilaian menunjukkan
dengan jelas perlunya mengintegrasikan penilaian dengan pengajaran dan
menyatakan peran kunci penilaian dalam menjalankan perubahan. Dari tahun 1989
sampai 2000 ketiga dokumen ini telah mengarahkan gerak perubahan dalam
pendidikan matematika. Prinsip-prinsip dan Standar Matematika Sekolah merupakan
versi baru dari gabungan ketiga dokumen standar.
Harus diakui bahwa visi dari Standar
Kurikulum tahun 1989 hingga kini masih belum terealisasi meskipun perubahan
ke arah perbaikan telah banyak dilakukan. Perubahan dapat dilihat meskipun
lambat. Tekanan-tekanan politik sering tidak mendukung. Meskipun lambat perubahan
dalam pendidikan matematika di sekolah terus berlanjut. Perubahan ini tidak
seperti pegas yang akan bergerak mundur.
C.
Prinsip-prinsip
dan Standar Matematika Sekolah
Prinsip-prinsip
dan Standar Matematika Sekolah dirancang untuk memberi petunjuk dan arahan bagi para guru dan
pihak-pihak lain yang terkait dengan pendidikan matematika dari kelas
pra-Taman Kanak-kanak (Pra-TK) sampai kelas 12. Berikut ini akan diuraikan
secara singkat beberapa pemikiran atau ide yang dapat Anda temui di dalam
dokumen Prinsip-prinsip dan Standar Matematika Sekolah.
![]() |
|||
![]() |
Gambar 1.1 Prinsip-prinsip dan Standar Matematika Sekolah
Salah satu ciri yang paling penting dari Prinsip-prinsip dan Standar
Matematika Sekolah adalah adanya enam prinsip dasar untuk mencapai
pendidikan matematika yang berkualitas tinggi, yakni:
1.
Kesetaraan
2.
Kurikulum
3.
Pengajaran
4.
Pembelajaran
5.
Penilaian
6.
Teknologi
1. Prinsip Kesetaraan
Keunggulan dalam pendidikan matematika membutuhkan kesetaraan-harapan yang
tinggi dan dukungan yang kuat untuk semua siswa (NCTM, 2000, hal. 12).
Pesan yang kuat dari Prinsip Kesetaraan adalah harapan yang tinggi untuk
semua siswa. Semua siswa harus mempunyai kesempatan dan dukungan yang cukup
untuk belajar matematika tanpa memandang karakteristik personal, latar
belakang, ataupun hambatan fisik" (hal. 12). Pesan tentang harapan yang
tinggi untuk semua siswa terjalin dengan setiap prinsip yang lain dan dengan
dokumen secara keseluruhan.
2. Prinsip Kurikulum
Kurikulum lebih dari sekedar kumpulan aktivitas: kurikulum harus koheren,
difokuskan pada matematika yang penting, dan berkaitan dengan baik antar
tingkat kelas. (NCTM), 2000, hal.
14).
Koheren berkaitan dengan pentingnya membangun atau mengembangkan pengajaran
seputar "ide-ide besar" baik di dalam kurikulum maupun di dalam
pengajaran di kelas. Para siswa harus dibantu untuk melihat bahwa matematika
merupakan sesuatu yang utuh dan teljalin, bukan kumpulan dari bagian-bagian
yang saling lepas.
Ide-ide matematika "penting" jika ide-ide tersebut berguna dalam
pengembangan ide yang lain, menghubungkan ide yang satu dengan ide lainnya,
atau membantu mengilustrasikan mata pelajaran matematika sebagai usaha manusia.
3. Prinsip Pengajaran
Mengajar matematika yang efektif memerlukan pemahaman tentang apa yang
siswa ketahui dan perlukan untuk belajar dan kemudian memberi tantangan dan
mendukung mereka untuk mempelajarinya dengan baik (NCTM, 2000, hal. 20).
Apa yang siswa pelajari hampir seluruhnya tergantung pada pengalaman guru
mengajar di dalam kelas setiap harinya. Untuk mencapai pendidikan matematika yang berkualitas tinggi para guru harus (l) memahami secara mendalam matematika yang mereka ajarkan; (2) memahami
bagaimana siswa belajar matematika, termasuk di dalamnya mengetahui
perkembangan matematika siswa secara individual; dan (3) memilih tugas-tugas
dan strategi yang akan meningkatkan mutu proses pengajaran. "Tugas para
guru adalah mendorong -iswanya untuk berfikir, bertanya, menyelesaikan soal,
dan mendiskusikan ide-ide, strategi, dan penyelesaian siswanya" hal 18).
4. Prinsip Pembelajaran
Para siswa harus belajar matematika dengan pemahaman, secara aktif
membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya.
(NCTM,2000, hal. 20).
Prinsip ini didasarkan pada dua ide dasar. Yang pertama, belajar matematika
dengan pemahaman adalah penting. Belajar matematika tidak hanya memerlukan
keterampilan menghitung tetapi juga memerlukan kecakapan untuk berfikir dan
beralasan secara matematis untuk menyelesaikan soal-soal baru dan mempelajari
ide-ide baru yang akan dihadapi siswa di masa yang akan datang.
Yang kedua, prinsip-prinsip ini dengan sangat jelas menyatakan bahwa siswa
dapat belajar matematika dengan pemahaman. Belajar ditingkatkan di dalam kelas
dengan cara para siswa diminta untuk menilai ide-ide mereka sendiri atau
ide-ide temannya, didorong untuk membuat dugaan tentang matematika lalu
mengujinya dan mengembangkan keterampilan memberi alasan yang logis.
5. Prinsip Penilaian
Penilaian harus mendukung pembelajaran matematika yang penting dan memberi
informasi yang berguna bagi guru dan siswa. (NCTM, 2000, hal. 22).
Dalam bahasa pengarang, prinsip ini menyatakan "Penilaian harus tidak
semata-mata untuk menilai siswa, tetapi harus dimanfaatkan juga untuk siswa,
yakni untuk mengarahkan dan meningkatkan belajarnya" (hal 22). Penilaian
yang berlangsung terus-menerus akan menyampaikan kepada siswa matematika apa
yang penting. Penilaian yang melibatkan pengamatan yang terus-menerus dan
interaksi siswa akan mendorong siswa untuk menyampaikan dan menjelaskan gagasan
dengan lanear. Umpan balik dari peni!aian harian akan membantu siswa meneapai
tujuannya dan menjadikan mereka tidak selalu bergantung kepada orang lain.
Penilaian sebaliknya juga sebagai faktor utama dalam mempertimbangkan pengajaran. Dengan terus menerus mengumpulkan informasi tentang
perkembangan dan pemahaman siswa, guru dapat membuat keputusan yang lebih baik
yang mendukung proses belajar siswa. Agar penilaian efektif, guru harus
menggunakan berbagai macam teknik,
memahami tujuan dengan baik, dan mempunyai pemikiran yang baik tentang
bagaimana siswanya memikirkan matematika yang sedang diajarkan.
6. Prinsip Teknologi
Teknologi penting dalam belajar dan mengajar matematika; teknologi
mempengaruhi matematika yang diajarkan dan meningkatkan proses belajar siswa.
(NCTM, 2000, hal. 24).
Kalkulator dan komputer harus dilihat sebagai alat yang penting dalam
belajar dan mengerjakan matematika di kelas. Teknologi memungkinkan siswa untuk
memfokuskan diri pada ide-ide matematika, pemahaman, dan menyelesaikan soal
yang tidak mungkin dikerjakan tanpa bantuan kalkulator atau komputer. Teknologi
meningkatkan proses belajar matematika karena memungkinkan eksplorasi yang
lebih luas dan memperbaiki penyajian ide-ide matematika. Dengan teknologi,
lebih banyak soal yang dapat dipecahkan. Dengan teknologi juga
memungkinkan siswa tertentu untuk mengesampingkan bagian yang kurang penting sehingga waktunya dapat dipakai untuk memahami
bagian matematika yang penting.
D.
Pandangan
Pra- TK sampai Kelas 12
Struktur
dari Prinsip-prinsip dan Standar dari NCTM menekankan pada keberlanjutan
matematika pada semua kelas, dari Pra-TK sampai kelas 12. Porsi terbesar dari Prinsip-prinsip
dan Standar dikembangkan atas dasar sepuluh standar: lima standar isi dan
lima standar proses. Bab 3 membantu pembaca memahami masing-masing standar dari
sudut pandang kurikulum kelas Pra-TK sampai kelas 12. Pandangan umum ini
diikuti bab-bab yang menguraikan secara lebih rinci tentang setiap standar yang
dikelompokkan menjadi empat kelompok: Pra- TK - kelas 2, kelas 3-5, kelas 6-8
dan kelas 9-12.
E. Lima standar Isi
Prinsip-prinsip dan Standar dari NCTM
memberikan lima standar isi matematika, yakni:
v Bilangan dan Operasinya
v Aljabar
v Geometri
v Pengukuran
v Analisis Data dan Probabilitas
Setiap
standar isi memuat sejumlah tujuan yang berlaku untuk semua kelompok kelas.
Setiap bab untuk masing-masing kelompok memuat harapan-harapan khusus yang
harus diketahui siswa.
F.
Standar Proses dalam Proses Pembelajaran
A.
Standar Proses
Menurut NCTM ada lima standar proses dalam proses pembelajaran. Kelima
standar proses tersebut dikenal sebagai Daya Matematis (Mathematical Power).
Kelima standar proses harus tidak dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dari
standar isi dalam kurikulum matematika. Kelima standar proses mengarahkan metode-metode
atau proses-proses untuk mengerjakan seluruh matematika, oleh karena, itu harus
dilihat sebagai komponen-komponen integral dengan pembelajaran dan pengajaran.
Standar proses merujuk kepada proses matematika yang mana melalui proses
tersebut siswa memperoleh dan menggunakan pengetahuan matematika. Adapun kelima standar tersebut, yaitu
ü Pemecahan Soal
ü Pemahaman dan Bukti
ü Komunikasi
ü Hubungan
ü Penyajian
Standar proses merujuk kepada proses matematika yang mana melalui
proses tersebut siswa memperoleh dan menggunakan pengetahuan matematika.
Kelima standar proses harus tidak dipandang sebagai sesuatu yang terpisah
dari standar isi dalam kurikulum matematika. Kelima standar proses mengarahkan
metode-metode atau proses-proses untuk mengerjakan seluruh matematika, oleh
karena, itu harus dilihat sebagai komponen-komponen integral dengan
pembelajaran dan pengajaran matematika.
Mengajar matematika yang mencerminkan kelima standar proses merupakan
pengertian terbaik dari "mengajar matematika menurut Standar NCTM".
1. Pemecahan Soal
Standar pemecahan soal menyatakan bahwa semua Siswa harus "membangun
pengetahuan matematika baru melalui pemecahan soal" (NCTM, 2000, hal. 52).
Pernyataan ini dengan jelas mengindikasikan bahwa pemecahan soal harus dipandang
sebagai sarana siswa mengembangkan ide-ide matematika. Mempelajari dan
mengerjakan matematika sewaktu Anda menyelesaikan saal mungkin merupakan
perbedaan yang paling signifikan dalam apa yang Standar indikasikan dan
merupakan cara yang paling mungkin untuk memperoleh pengalaman matematis.
2. Pemahaman dan Bukti
Jika pemecahan soal merupakan fokus dari matematika. maka pemahaman
merupakan cara berfikir logis yang membantu kita memutuskan apakah dan mengapa
jawaban kita logis. Para siswa perlu mengembangkan kebiasaan memberi argumen
atau penjelasan sebagai bagian utuh dari setiap penyelesaian. Menyelidiki
jawaban merupakan proses yang dapat meningkatkan pemahaman konsep. Kebiasaan
memberi alasan dapat dimulai dari tingkat TK. Tetapi tidak ada kata terlambat
bagi siswa untuk belajar mempertahankan ide melalui memberi alasan yang logis.
3. Komunikasi
Standar komunikasi menitikberatkan pada pentingnya dapat berbicara,
menulis, menggambarkan, dan menjelaskan konsep-konsep matematika. Belajar
berkomunikasi dalam matematika membantu perkembangan interaksi dari
pengungkapan ide-ide di dalam kelas karena siswa belajar dalam suasana yang
aktif. Cara terbaik untuk berhubungan dengan suatu ide adalah mencoba menyampaikan
ide tersebut kepada orang lain.
4. Hubungan
Standar hubungan mempunyai dua arah yang berbeda. Pertama, standar
berkenaan dengan hubungan di dalam dan antar ide matematika. Sebagai contoh,
pecahan dihubungkan dengan desimal dan persen. Siswa harus dibantu untuk
melihat bagaimana suatu ide dalam matematika dibangun di atas ide lainnya.
Kedua, matematika harus dihubungkan dengan dunia nyata dan mata pelajaran
yang lain. Anak-anak sedapat mungkin melihat bahwa matematika memegang peranan
penting dalam seni, sains, dan ilmu-ilmu sosial. Hal ini menyarankan agar
matematika sering dikaitkan dengan mata pelajaran lain dan penerapan
matematika dalam kehidupan nyata harus diungkap.
5. Penyajian
Simbol, bagan, grafik, dan diagram merupakan metode yang sangat baik untuk
menyajikan ide-ide dan hubungan dalam matematika. Simbol, bersama dengan alat
peraga seperti bagan dan grafik, harus dipahami oleh siswa sebagai cara untuk
mengkomunikasikan ide-ide dalam matematika kepada orang lain. Simbol, grafik,
bagan, dan alat-alat peraga lainnya juga merupakan media pembelajaran yang
sangat berguna. Mengubah satu penyajian ke dalam bentuk penyajian yang lain
merupakan cara yang penting untuk menambah pemahaman terhadap suatu ide
Lima Standar
Proses dari Prinsip-prinsip dan Standar Matematika SekolahMenurut NCTM
Lima Standar Proses dari prinsip-prinsip dan Standar
Matematika Sekolah
|
|
Standar Pemecahan Masalah
Program
pengajaran dari Pra-TK sampai kelas 12 harus memungkinkan semua siswa untuk …
|
·
Membangun pengetahuan matematis baru melalui
pemecahan soal.
·
Menyelesaikan soal yang muncul dalam matematika dan
dalam bidang lain.
·
Menerapkan dan menyesuaikan berbagai macam strategi
yang cocok untuk memecahkan soal.
·
Mengamati dan mengembangkan proses pemecahan soal
matematika.
|
Standar Penalaran
Program
pengajaran dari Pra-TK sampai kelas 12 harus memungkinkan semua siswa untuk …
|
· Mengenal pemahaman dan bukti
sebagai aspek yang mendasar dalam matematika
· Membuat dan menyelidiki
dugaan-dugaan matematis.
· Mengembangkan dan mengevaluasi
argument dan bukti matematis.
· Memilih dan menggunakan berbagai
macam pemahaman dan metode pembuktian.
|
Standar Komunikasi
Program
pengajaran dari Pra-TK sampai kelas 12 harus memungkinkan semua siswa untuk …
|
·
Mengatur dan menggabungkan pemikiran matematis
mereka melalui komunikasi.
·
Mengkomunikasikan pemikiran matematika mereka secara
koheren dan jelas kepada teman, guru, dan orang lain.
·
Menganalisa dan menilai pemikiran dan strategi
matematis orang lain.
·
Menggunakan bhasa matematika untuk menyatakan
ide matematika dengan tepat
|
Standar Koneksi
Program
pengajaran dari Pra-TK sampai kelas 12 harus memungkinkan semua siswa untuk …
|
·
Mengenal dan menggunakan koneksi antara ide-ide matematika
·
Memahami bagaimana ide-ide matematika berhubungan dan
saling berkaitan sehingga merupakan satu system yang utuh.
·
Mengenal dan menerapkan matematika pada bidang lain.
|
Standar Representasi
Program
pengajaran dari Pra-TK sampai kelas 12 harus memungkinkan semua siswa untuk …
|
·
Membuat dan menggunakan representasi (penyajian)
untuk mengorganisasikan, merekam, dan mengkomunikasikan ide-ide matematika.
·
Memilih, menerapkan, dan mewujudkan penyajian
matematika untuk menyelesaikan soal
·
Menggunakan penyajian untuk memodelkan dan
menafsirkan fenomena fisik, social, dan matematika.
|
Sumber :
Dikutip dari
Prinsip-prinsip dan Standar Matematika Sekolah. Hak Cipta National
Council of Teachers Of Mathematics. Tahun 2000 (John A Van De Walle, 2007.
Berdasarkan
tabel diatas, terdapat lima standar yang mendeskripsikan keterkaitan pemahaman
matematika dan kompetensi matematika yang hendaknya siswa ketahui dan dapat
siswa lakukan. Kemampuan representasi merupakan salah satu komponen standar
proses dalam Principles and Standards for School Mathematics selain
kemampuan pemecahan masalah, penalaran, komunikasi dan koneksi. Hal ini
mengandung beberapa alasan, karena untuk berpikir matematika dan mengkomunikasikan
ide-ide matematika, seseorang perlu merepresentasikannya dalam berbagai cara.
Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa obyek dalam matematika itu semuanya
abstrak dan untuk mempelajari dan memahami ide-ide abstrak itu memerlukan
representasi. Menurut Jones (dalam Fadillah, 2008), terdapat tiga alasan
mengapa representasi merupakan salah satu dari proses standar, yaitu:
1. Kelancaran dalam
melakukan translasi di antara berbagai jenis representasi yang berbeda
merupakan kemampuan dasar yang perlu dimiliki siswa untuk membangun suatu
konsep dan berpikir matematika;
2. Ide-ide matematika
yang disajikan guru melalui berbagai representasi akan memberikan pengaruh yang
sangat besar terhadap siswa dalam mempelajari matematika; dan
3. Siswa membutuhkan
latihan dalam membangun representasinya sendiri sehingga siswa memiliki
kemampuan dan pemahaman konsep yang baik dan fleksibel yang dapat digunakan
dalam pemecahan masalah.
Setiap
standar isi memuat sejumlah tujuan yang berlaku untuk semua kelompok kelas.
Setiap bab untuk masing-masing kelompok memuat harapan-harapan khusus yang
harus diketahui siswa. Meskipun lima standar isi yang sama berlaku untuk semua
kelas, tetapi Anda jangan menyimpulkan bahwa setiap isi mempunyai bobot atau
penekanan yang sama pada setiap kelompok kelas. Bilangan dan operasinya adalah
bagian isi terbesar untuk Pra- TK sampai kelas 5, dan juga merupakan bagian
penting untuk kelas 6-8 dan semakin berkurang pada kelas 9-12. Penekanan ini
digambarkan dalam buku ini di mana Bab 9-14 dan 16-19 membahas isi yang
dijumpai dalam standar untuk Bilangan dan Operasinya. Aljabar secara jelas
diberikan kepada semua kelas. Dahulu keadaannya tidak seperti ini. Sekarang
kebanyakan negara bagian dan propinsi memasukkan aljabar pada setiap kelas.
Geometri dan Pengukuran merupakan bagian yang terpisah. Hal ini menunjukkan
pentingnya masing-masing topik dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dasar dan
menengah.
Setelah lima
standar isi, Prinsip-prinsip dan Standar dari NCTM memuat lima standar
proses, yaitu:
Pemecahan Soal
Pemahaman dan Bukti
Komunikasi
Hubungan
Penyajian
Standar proses merujuk kepada proses
matematika yang mana melalui proses tersebut siswa memperoleh dan menggunakan
pengetahuan matematika.
Kelima
standar proses harus tidak dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dari standar
isi dalam kurikulum matematika. Kelima standar proses mengarahkan metode-metode
atau proses-proses untuk mengerjakan seluruh matematika, oleh karena, itu harus
dilihat sebagai komponen-komponen integral dengan pembelajaran dan pengajaran
matematika.
Mengajar matematika yang
mencerminkan kelima standar proses merupakan pengertian terbaik dari
"mengajar matematika menurut Standar NCTM".
1. Pemecahan Soal
Standar pemecahan soal menyatakan
bahwa semua Siswa harus "membangun pengetahuan matematika baru melalui
pemecahan soal" (NCTM, 2000, hal. 52). Pernyataan ini dengan jelas
mengindikasikan bahwa pemecahan soal harus dipandang sebagai sarana siswa
mengembangkan ide-ide matematika. Mempelajari dan mengerjakan matematika sewaktu
Anda menyelesaikan saal mungkin merupakan perbedaan yang paling signifikan
dalam apa yang Standar indikasikan dan merupakan cara yang paling
mungkin untuk memperoleh pengalaman matematis.
2. Pemahaman dan Bukti
Jika pemecahan soal merupakan fokus
dari matematika. maka pemahaman merupakan cara berfikir logis yang membantu
kita memutuskan apakah dan mengapa jawaban kita logis. Para siswa perlu
mengembangkan kebiasaan memberi argumen atau penjelasan sebagai bagian utuh
dari setiap penyelesaian. Menyelidiki jawaban merupakan proses yang dapat
meningkatkan pemahaman konsep. Kebiasaan memberi alasan dapat dimulai dari
tingkat TK. Tetapi tidak ada kata terlambat bagi siswa untuk belajar
mempertahankan ide melalui memberi alasan yang logis.
3. Komunikasi
Standar komunikasi menitikberatkan
pada pentingnya dapat berbicara, menulis, menggambarkan, dan menjelaskan
konsep-konsep matematika. Belajar berkomunikasi dalam matematika membantu
perkembangan interaksi dari pengungkapan ide-ide di dalam kelas karena siswa
belajar dalam suasana yang aktif. Cara terbaik untuk berhubungan dengan suatu
ide adalah mencoba menyampaikan ide tersebut kepada orang lain.
4. Hubungan
Standar hubungan mempunyai dua arah
yang berbeda. Pertama, standar berkenaan dengan hubungan di dalam dan antar ide
matematika. Sebagai contoh, pecahan dihubungkan dengan desimal dan persen.
Siswa harus dibantu untuk melihat bagaimana suatu ide dalam matematika dibangun
di atas ide lainnya.
Kedua, matematika harus dihubungkan
dengan dunia nyata dan mata pelajaran yang lain. Anak-anak sedapat mungkin melihat
bahwa matematika memegang peranan penting dalam seni, sains, dan ilmu-ilmu
sosial. Hal ini menyarankan agar matematika sering dikaitkan dengan mata
pelajaran lain dan penerapan matematika dalam kehidupan nyata harus diungkap.
5. Penyajian
Simbol,
bagan, grafik, dan diagram merupakan metode yang sangat baik untuk menyajikan
ide-ide dan hubungan dalam matematika. Simbol, bersama dengan alat peraga
seperti bagan dan grafik, harus dipahami oleh siswa sebagai cara untuk
mengkomunikasikan ide-ide dalam matematika kepada orang lain. Simbol, grafik,
bagan, dan alat-alat peraga lainnya juga merupakan media pembelajaran yang
sangat berguna. Mengubah satu penyajian ke dalam bentuk penyajian yang lain merupakan
cara yang penting untuk menambah pemahaman terhadap suatu ide.
E. Standar Profesional untuk
Mengajar Matematika
Meskipun Prinsip-prinsip
dan Standar NCTM memuat prinsip-prinsip mengajar dan penilaian, tetapi
tekanannya pada kurikulum. Berbeda dengan Prinsip-prinsip dan Standar,
Standar Profesional untuk Mengajar Matematika menitikberatkan pada
pengajaran. Standar Profesional menyatakan bahwa guru harus mengubah
pendekatan pengajarannya dari pengajaran terpusat pada guru menjadi pengajaran
terpusat pada siswa. Dokumen ini menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan dalam
pengajaran. Bagian pendahuluan dari Standar Profesional memuat lima
perubahan pokok dalam pengajaran matematika yang diperlukan agar siswa dapat
mengembangkan kemampuan matematikanya. Guru perlu:
Mengubah kelas dari sekedar kumpulan
siswa menjadi komunitas matematika.
Menjadikan logika dan bukti
matematika sebagai alat pembenaran dan menjauhkan otoritas guru untuk memutuskan
suatu kebenaran.
Mementingkan pemahaman daripada
hanya mengingat prosedur.
Mementingkan membuat dugaan,
penemuan dan pemecahan soa1 dan menjauhkan dari tekanan pada penemuan jawaban
secara mekanis.
Mengaitkan matematika, ide-ide dan
aplikasinya, dan tidak memperlakukan matematika sebagai kumpulan konsep dan
prosedur yang terasingkan.
Standar
Profesional untuk Mengajar Matematika memuat bab-bab tentang pengajaran, perkembangan
pengajaran, pengembangan profesiona1, dan pendukung yang diperlukan untuk
pengajaran. Bab-bab tentang pengajaran sangat berguna. Bab-bab tersebut memuat
enam standar untuk mengajar matematika. Standar-standar ini berkaitan dengan
pemilihan tugas untuk pembelajaran dan berkaitan dengan situasi di dalam kelas
yang interaktif dimana siswa dilibatkan dalam proses memahami matematika.
Kondisi ini, dimana siswa bekerja sebagai komunitas pe1ajar matematika,
merupakan komponen yang tak terpisahkan dari pendekatan pengajaran matematika.
F. Standar Penilaian Matematika
Sekolah
Standar
Penilaian Matematika Sekolah dipublikasikan tahun 1995, merupakan dokumen terakhir dari tiga dokumen
standard NCTM. Dokumen Standar Penilaian tidak berisi petunjuk
bagaimana menilai, tetapi berisi pengetahuan tentang filosofi dan maksud
peni1aian. Dokumen ini memuat enam standar peni1aian dan menje1askan secara
rinci empat tujuan peni1aian, yaitu: untuk memonitor kemajuan siswa, untuk
membantu menyiapkan pengajaran, untuk menilai prestasi siswa, dan untuk menilai
program.
Pesan yang
tidak boleh dilupakan dari dokumen Standar Penilaian adalah bahwa
penilaian dan pengajaran bukanlah dua aktivitas yang terpisah, tetapi merupakan
dua hal yang terjalin secara erat untuk memperbaiki pembelajaran matematika.
G. Pengaruh dan Tekanan terhadap
Perubahan
NCTM te1ah
memberikan kepemimpinan utama dan visi untuk perubahan dalam pendidikan
matematika. Akan tetapi tidak ada yang mengontro1 arah perubahan. Perbandingan
prestasi siswa baik tingkat nasional maupun internasional menjadi terus menjadi
berita utama, memancing opini public, dan menekan badan legislatif untuk
meminta standar nilai matematika yang lebih tinggi yang ditunjukkan dengan
hasil tes. Tekanan dari kebijakan mengenai tes yang ditujukan kepada para
sekolah, yang akhirnya ditujukan kepada para guru, sering mempunyai dampak kuat
pada pengajaran yang berbeda dengan visi dari Standar NCTM. Sebagai tambahan
terhadap tekanan ini, terdapat juga pengaruh yang kuat dari buku-buku teks dan
materi kurikulum yang disediakan oleh guru yang sering tidak sejalan dengan
standar.
G. Beberapa
Hasil Penelitian tentang Kemampuan Penguasaan Matematika Siswa Sebagai
Implementasi dari Pelaksanaan Pembelajaran Matematika di Kelas
Banyak
penelitian yang menginformasikan kepada masyarakat Amerika tentang bagaimana
para siswa di Amerika mengerjakan matematika telah mendapat banyak perhatian.
Hal ini mempengaruhi keputusan-keputusan politis dan juga memberi data yang
berguna untuk penelitian dalam pendidikan matematika.
1.
The
National Assessment of Educational Progress (NAEP)
Sejak tahun
1969 National Assessment of Educational Progress (NAEP), sebuah program
hasi1 kongres, telah menilai apa yang diketahui dan yang dapat dikerjakan siswa
di berbagai kurikulum. Penilaian didasarkan pada sampel siswa berusia 9, 13,
dan 17 tahun. Hasilnya dipublikasikan sebagai "The Nation's Report
Card". NAEP adalah sebuah penelitian yang dijadikan patokan yang
menginformasikan berapa persen siswa Amerika mengetahui berbagai macam konsep
dan keterampilan dalam matematika. Soal tes dirancang sesuai dengan kurikulum.
Berdasar
soal yang digunakan sejak tahun 1973 secara terus menerus, siswa Amerika
sekarang memperoleh hasil yang lebih baik di banding pada tahun 1973
(Kloosterman & Laster, 2004). Ada yang berpendapat bahwa perubahan dalam
pendidikan matematika telah menghasilkan siswa yang tidak tahu "dasar matematika
yang baik". Karena kenderungan soal-soal tes menitikberatkan pada
perhitungan tradisional, skor membaik pada hasil tes menegasikan pandangan
tersebut.
Secara umum
hasil ujian NAEP dari tahun 1990 sampai 2003 menunjukkan hasil yang jauh lebih
tinggi dibanding sebelumnya. Akan tetapi hasilnya masih tetap di bawah standar.
Di tahun 2003, hanya 32 persen siswa kelas empat dan 29 persen dari siswa kelas
delapan memperoleh hasil sama atau di atas standar kecakapan (NCTM, 2004).
Berlawanan dengan hasil tersebut lembaga No Child Left Behind (NCLB)
mengharapkan semua siswa berada pada atau di atas standar kecakapan sebelum
tahun 2014. Data NAEP menunjukkan bahwa tujuan tersebut mungkin tidak dapat
tercapai. Dua puluh tiga persen dari siswa kelas empat dan 32 persen dari siswa
kelas delapan masih akan di bawah standar.
2.
The Third International Mathematics
and Science Study
Pada tahun
1995 dan 1996, 41 negara berpartisipasi dalam Third International
Mathematics and Science Study (TIMSS), suatu studi penelitian matematika
dan pendidikan sains terbesar yang pernah diselenggarakan. Data dikumpulkan
dari kelas 4, 8, dan 12 sebanyak 500.000 siswa dan juga dari guru-guru. Pada
tahun 1999 studi yang sama (TIMSS) dilakukan pada kelas delapan. Hasilnya
adalah rata-rata siswa kelas empat di Amerika berada di atas rata-rata negara
peserta, di bawah rata-rata intenasional kelas delapan dan di bawah rata-rata
kelas dua belas (U.S. Department of Education, 1997a).
Meskipun
rata-rata siswa kelas empat di Amerika berada di atas rata-rata dari 26 negara
peserta, tetapi 7 negara (Singapura, Korea, Jepang, Hongkong, Belanda, Republik
Ceska, dan Austria) mendapatkan nilai yang jauh lebih tinggi. Hanya 9 persen
dari siswa kelas empat Amerika masuk dalam 10 persen siswa terbaik dalam
penelitian TIMSS, jauh sekali berbeda dengan Jepang (32 persen) Singapura (39
persen) (U.S. Department of Education, 1997c).
Penemuan
utama dari hasil analisis kurikulum TIMSS bahwa kurikulum di Amerika tidak
fokus, memuat lebih banyak topik dibanding kebanyakan negara lain. Kita mencoba
mengerjakan setiap hal dan sebagai akibatnya jarang dapat mengerjakannya secara
mendalam, hanya membuat pengulangan pengajaran yang terlalu umum (Schmidt, Mc
Knight & Raizen, 1996).
Banyak di
antara yang menganjurkan kembali ke 'dasar' menunjuk kepada penampilan yang
mengecewakan dari siswa-siswa Amerika. Akan tetapi pendekatan kurikulum dan
pengajaran di Amerika Serikat "kurang sejalan dengan tuntutan kurikulum
dan pengajaran di negara-negara yang prestasi matematikanya tinggi"
(Babcock, 1998, ha16). Selain itu TIMSS tidak mendukung sejumlah tuntutan
'dasar' yang popular seperti lebih banyak pekerjaan rumah (Siswa-siswa di
Amerika Serikat lebih banyak mengerjakan pekerjaan rumah daripada siswa-siswa
di kebanyakan negara lain), sedikit menonton televisi (sebanyak siswa di
Jepang), dan menggunakan waktu yang lebih banyak untuk belajar matematika
(siswa di Amerika Serikat mendapatkan jam pelajaran matematika lebih banyak
daripada di Jepang atau Jerman).
Salah satu
komponen yang paling menarik dari TIMSSR adalah video penelitian kelas delapan
yang dilakukan di Amerika Serikat, Australia, dan lima negara terbaik prestasi
matematikanya. Hasilnya menunjukkan bahwa mengajar merupakan sebuah aktivitas
budaya, sangat berbeda hampir di setiap negara meskipun ada juga kesamaannya.
Di semua negara soal-soal atau tugas sering digunakan untuk memulai pelajaran.
Akan tetapi
setelah pelajaran berlangsung, cara menangani soal-soal diAmerika Serikat sama
sekali berbeda dengan cara menangani soal-soal di negara yang baik prestasi
matematikanya. Di Republik Ceska, Hongkong, dan Jepang pelajaran yang dimulai
dengan konsep pemecahan soal berlanjut dengan pemecahan soal dengan porsi
waktu 46 hingga 52 persen. Di Amerika Serikat hampir pada semua pelajaran
(lebih dari 99,5 persen) guru menunjukkan kepada siswa bagaimana menyelesaikan
soal (Hiebert dan kawan-kawan, 2003). Paling tidak di kelas delapan di Amerika
Serikat dapat dikatakan bahwa fokusnya adalah siswa mengikuti arahan dan
aturan. Di negara-negara yang prestasi matematikanya tinggi lebih difokuskan
pada pemahaman konsep dan pemecahan soal dengan benar. Pengajaran di
negara-negara dengan prestasi matematikanya tinggi lebih mirip dengan rekomendasi
Standar NCTM.
H. Standar Negara Bagian
Istilah standar
dipopulerkan oleh NCTM pada tahun 1989. Saat ini istilah tersebut digunakan
hampir di setiap negara bagian di Amerika Serikat untuk merujuk kepada daftar
tujuan pendidikan matematika yang dibuat untuk tiap kelas. Standar ataupun
tujuan negara-negara bagian sangat berbeda-beda. Bahkan tingkat kelas di mana
fakta-fakta dasar untuk setiap operasi yang diharapkan harus dikuasai juga
berbeda-beda sampai tiga tingkatan kelas. Meskipun dokumen Standar NCTM
memuat daftar tujuan untuk setiap kelompok kelas, tetapi ini bukanlah kurikulum
nasional. Amerika Serikat dan Kanada adalah dua negara industri di dunia yang
tidak memiliki kurikulum nasional.
Terhadap
setiap kelompok standar negara dikaitkan suatu program tes. Hasil tes yang
dilaporkan ke masyarakat membuat adanya tekanan terhadap pengawas, kepala
sekolah, dan akhimya terhadap guru. Para guru merasakan tekanan yang hebat
untuk menaikkan hasil tes dengan cara apapun (Schmidt dan kawan-kawan, 1996).
Bagi guru yang memiliki sedikit atau tidak berpengalaman dengan semangat Standar
NCTM akan sangat sulit menerima pendekatan pelajaran matematika yang
terpusat pada siswa yang di dukung para tokoh perubahan. Celakanya bagi siswa
hal ini sering menjadikan adanya latihan, tinjauan ulang dan tes yang
berlebihan.
Apakah
standar negara bertentangan dengan perubahan?
Secara umum
tidak. Perubahan difokuskan pada bagaimana membantu siswa memahami matematika
dan menjadi percaya diri untuk mengerjakan matematika dan menyelesaikan soal.
Ada banyak contoh yang sangat baik tentang mengajar yang mengikuti semangat
perubahan. Para siswa di dalam kelas tersebut cukup baik prestasinya, bahkan
pada tes standar. Cerita ini perlu publikasi yang lebih baik atau para guru
perlu mendapat lebih banyak dukungan.
I.
Kurikulum
Di dalam
kelas buku teks merupakan faktar yang paling mempengaruhi apa yang diajarkan
dan bagaimana mengajarkannya. Yang menjadi semakin sulit adalah bagaimana para
guru dan sistem di sekolah mengusahakan untuk memadukan buku teks atau sumber
pelajaran lain dengan standar negara yang ditetapkan. Karena penerbit buku
berusaha untuk membuat buku yang memenuhi ke 50 negara bagian, maka akibatnya
banyak sekali pengulangan dan lebih banyak memuat topik untuk setiap tingkat
kelasnya.
Meskipun
mungkin agak berlebihan penyederhanaannya, isi kurikulum matematika yang
diajarkan Taman Kanak-kanak sampai kelas delapan dapat di katagorikan menjadi
dua, yakni kurikulum tradisional dan kurikulum berbasis Standar NCTM.
Bahan-bahan ajar berbasis kurikulum tradisional biasanya dikembangkan oleh
penerbit besar dan sifatnya komersial. Program-program berbasis Standar NCTM
dikembangkan dengan dana dari National Science Foundation (NSF) dan
sumber-sumber lain dari tim guru, peneliti pendidikan, dan matematikawan.
J. Kurikulum Tradisional
Penerbit
buku-buku teks berbasis kurikulum tradisional merekrut tim penulis yang
beranggotakan peneliti dan pendidik matematika yang sangat baik dan juga para
guru dan pengawas. Kecenderungannya adalah untuk menghasilkan buku-buku teks
yang tebal yang dapat digunakan di banyak negara bagian dan keperluan
profesional lainnya (Schmidt dan kawan-kawan, 1996). Pemyataan penerbit tentang
kesesuaian produknya dengan standar NCTM sering menyesatkan. NCTM tidak
menyetujui atau memberikan sanksi setiap produk komersial sehingga penerbit
bebas untuk membuat klaim apa saja. Anda harus ingat bahwa hal ini sangat alami
karena industri penerbit berorientasi kepada pasar yang dalam hal ini terdiri
dari guru-guru berpengalaman yang membuat keputusan tentang produk mana yang
akan dipakai di sekolahlah. Para guru mendapat tekanan yang sangat besar dari
tes oleh negara. Kebanyakan pembuat keputusan ini hanya sekilas tentang Standar
NCTM. Saat ini lebih dari 80 buku teks tradisional digunakan di sekolah.
K.
Kurikulum Berbasis-Standar
Saat ini ada
tiga program sekolah dasar dan lima program sekolah menengah yang dikenal
dengan kurikulum berbasis standar. Awalnya program ini dikembangkan dengan dana
dari NSF dan sekarang dikomersialkan. Ciri dari program berbasis standar ini
adalah adanya keterlibatan siswa. Para siswa ditantang untuk memahami ide-ide
matematika baru melalui eksperimen dan tugas yang sering disajikan dalam konteks
nyata. Komunikasi secara tertulis dan lisan sangat disarankan.
Salah satu
cara untuk memahami kurikulum standar adalah dengan membandingkannya dengan
buku teks berbasis kurikulum tradisional. Di setiap bab pada Bagian 2, Anda
akan menemukan fitur-fitur yang menggambarkan aktivitas Penyelidikan tentang
Bilangan, Data Ruang atau Matematika yang Terkait. Fitur-fitur ini
dimaksudkan untuk memberi Anda gambaran tentang kurikulum berbasis standar dan
ide-ide yang baik untuk pengajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar